“Membentuk Militansi Kader sebagai konseptor
dan eksekutor yang religius”
RayonTarbiyah
dan Keguruan komisariat UIN SGD, cabang Kota Bandung
Berangkat
dari sebuah hadist “ kullukum ro’in mas’ulun ‘an ro’iyatihi (setiap dari kamu
adalah peminpin, dan akan ditanya dari apa yang dipimpinnya). Hadist ini memang
cocok bagi warga pergerakan yang notabene menyandang gelar “kholifah” atau
pemimpin dimuka bumi ini.
Dari
pemahaman tersebut, kita dapat menarik benang merah, bahwa sebagai manusia
dibumi ini kita diberi amanah untuk menjalankan kepemimpinan dari tingkat
rendah (memimpin diri sendiri) dan tingkat atas( meminpin orang lain). hal ini
menjadi titik pejuangan seorang manusia yang dianugrahi akal ghariji untuk
berfikir.
Pada
dasarnya,memang, setiap manusia itu lahir sebagai seorang pemimpin atau kader,
tapi untuk menjadi benar-benar peminpin, dibutuhkan proses tersendiri dengan
prosedur – prosedur tertentu.
PMII
sebaga wadah dalam menciptakan pemimpin tersebut hadir dengan berbagai
inisiatif pola kaderisasi mencipatakan kader yang militant;yang dapat
menggagas, menggerakan, melaksanakan tujuan.
Pola
kaderisasi yang pertama sekaligus menjadi ujung tombak pergerakan adalah MAPABA, di tingkat rayon ini harus diselenggarakan
dengan nilai-nilai yang terkandung di PMII, mulai dari nilai keislamannya,
keindonesiaannya dan nilai kemahasiswaannya.
Warga pergerakan ditingkat ini harus dapat merumuskan suatu azas yang menyeluruh, yang dapat menopang seluruh potensi – potensi calon kader dan mengembangkan azas” rumah”, dan ke-pmii-an.
Warga pergerakan ditingkat ini harus dapat merumuskan suatu azas yang menyeluruh, yang dapat menopang seluruh potensi – potensi calon kader dan mengembangkan azas” rumah”, dan ke-pmii-an.
Peribahasa
“mengenal Porsi dan posisi” istilahnya sangat cocok untuk membuat konsep
pembagian tugas dalam structural rayon dalam rengka pengembangkan azas2 tadi.
Filosofi “ didiepan memberi teladan ditengan member bimbingan dibelakang memberi
dorongan”, layaknya diterapkan dalam pola kaderisasi.
Orang
mengikuti pemimpin, tak lain dan tidak bukan karena dia berada di tingkat atas
dalam structural. Namun, seorang pemimpinpun harus dapat menjadi teladan yang
religious dapat memberi motivasi dan inspirasi kepada para pengurus dan
anggotanya. Karena, Pemimpin adalah cerminan organisasi yang dibawanya.
Orang
yang berada ditengah mempunyai kapasitas sebagai pengurus. Harus ada kesinambungan
dan pola komunikasi yang baik antara pengurus dan pemimpin itu sendiri. Kereka
adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan harus menciptakan harmoni
yang baik di rayon. Dengan demikian, para anggota pun akan merasa nyaman, aman
dan memiliki rasa memiliki terhadap pmii itu sendiri.
Ketika rasa
memiliki sudah menjadi jiwa di warga pergerakan. Hal yang menjadi tugas
selanjutnya adalah mengembangkan potensi – potensi anggota yang
berkesinambungan dengan pemberian gizi intelektual.
Semua konsep ini
tentu tidak akan pernah berjalan jika kita hanya berwacana saja, tanpa ada
refleksi lebih lanjut. Hal yang paling baik untuk mulai merealisasikan gagasan
ini adalah dengan niat ikhlas, ridha lillahi’ta’ala tanpa ingin pamrih atau mendapat keuntungan
materil., karena PMII adalah organisasi pengabdian. Dalam pelaksanaan nya pun
harus bernuansa budaya islam. Maka daripada itulah perlu antara kerjasama
antara pemimpin, pengurus dan anggota untuk menciptakan suasana tersebut.