Prinsip Dasar Pendidikan Islam
Pembahasan berikutnya tentang ontologi pendidikan Islam adalah apa saja
prinsip dalam pendidikan Islam. Kajian tentang prinsip pendidikan Islam menjadi
penting agar terlihat jelas bedanya dengan pendidikan umum dan juga pendidikan
Barat yang sekuler.
Dalam buku Madrasah Sejarah dan Perkembangannya, Maksum menyebutkan
sedikitnya ada empat prinsip dasar pendidikan Islam;
Pendidikan Islam adalah bagian dari Proses rububiyah Tuhan
Dengan mengurus, memelihara dan menumbuhkembangkan alam secara bertahap
dan berangsur-angsur maka Tuhan adalah murabbi (pendidik) sebenarnya. Adapun
peran manusia dalam pendidikan secara teologis dimungkinkan karena posisinya
sebagai makhluk, ciptaan Allah, yang paling sempurna dan dijadikan sebagai
khalifah fi al-ard (pengganti atau wakil Tuhan di muka bumi), Q.S. al-An’am (6): 165.
Status ini mengimplikasikan bahwa manusia secara potensial memiliki sejumlah
kemampuan yang diperlukan untuk bertindak sesuai dengan ketentuan Tuhan.
Sebagai khalifah, manusia yang juga mengemban fungsi rububiyyah Tuhan terhadap
alam semesta termasuk juga diri manusia sendiri.
Dengan pertimbangan di atas dapat dikatakan bahwa karakter hakiki
pendidikan Islam pada intinya terletak pada fungsi rububiyyah Tuhan yang secara
praktis dikuasakan atau diwakilkan kepada manusia. Dengan kata lain, pendidikan
Islam tidak lain adalah keseluruhan dari proses dan fungsi rububiyyah Tuhan terhadap
manusia, sejak dari proses penciptaan serta pertumbuhan dan perkembangannya
secara bertahap dan berangsur-angsur sampai dewasa dan sempurna, baik dalam
aspek akal, kejiwaan maupun jasmaninya. Selanjutnya, atas dasar tugas
kekhalifahan, manusia sendiri bertanggung jawab untuk merealisasikan proses
pendidikan Islam (yang hakekatnya proses dan fungsi rububiyyah Allah) tersebut
dalam dan sepenjang kehidupan nyata di muka bumi (dunia) ini.
Dalam proses pendidikan ini, menurut Nizar, manusia harus mendayagunakan
potensi yang telah dianugerahkan Tuhan kepadanya secara bertanggung jawab dalam
rangka merealisasikan tujuan dan fungsi penciptaannya di alam ini, baik sebagai
‘abd maupun khalifah fi al-ard.
Pendidikan Islam berusaha membentuk manusia seutuhnya
Manusia dalam pandangan al-Qur’an dan al-Hadits
adalah manusia yang lengkap, terdiri dari unsur jasmani dan ruhani, unsur jiwa
dan akal, unsur nafs dan qalb. Pendidikan Islam tidak dikhotomis dalam
menangani unsur-unsur tersebut dengan mengangap lemah atau mengunggulkan yang
satu atas yang lainnya. Semua unsur merupakan satu kesatuan organis dan dinamis
yang saling berinteraksi. Pendidikan Islam dalam hal ini merupakan usaha untuk
mengubah kesempurnaan potensi itu menjadi kesempurnaan aktual, melalui setiap tahapan
hidupnya. Pendidikan Islam harus mampu menjaga keutuhan unsur-unsur individual
anak didiknya dan mengoptimalkan potensinya dalam garis keridhaan Tuhan.
Dalam bahasa Nizar, pendidikan Islam harus dibangun di atas konsep
kesatuan (integrasi) antara pendidikan Qalbiyah dan ‘Aqliyah sehingga mampu menghasilkan manusia muslim yang pintar secara
intelektual dan terpuji secara moral. Jika kedua komponen itu terpisah atau
dipisahkan dalam proses pendidikan Islam, maka manusia akan kehilangan
keseimbangannya dan tidak akan pernah menjadi pribadi-pribadi yang sempurna
(al-insan al-kamil).
Pendidikan Islam selalu berkaitan dengan agama
Pendidikan Islam sejak awal merupakan salah satu usaha untuk menumbuhkan
dan memantapkan kecenderungan tauhid yang telah menjadi fitrah manusia. Agama
(al-din) menjadi petunjuk dan penuntun ke arah itu. Karena itu, pendidikan
Islam selalu menyelenggarakan pendidikan agama (diniyyah). Dalam konteks ini,
pendidikan Islam bukan hanya mengajarkan ilmu-ilmu sebagai materi, atau
ketrampilan sebagai kegiatan jasmani semata, melainkan selalu mengaitkan
semuanya itu dengan kerangka pratek (‘amaliah) yang
bermuatan nilai moral. Jadi, pengajaran agama dalam pendidikan Islam tidak
selalu dalam pengertian (ilmu agama) formal, tetapi dalam pengertian “essensi”nya yang dapat
saja berada dalam ilmu-ilmu lain yang sering dikategorikan secara tidak
proporsional sebagai ilmu sekuler.
Pendidikan Islam merupakan pendidikan terbuka
Dalam Islam diakui adanya perbedaan manusia. Akan tetapi perbedaan itu
bukanlah perbedaan yang hakiki, karena perbedaan yang sesungguhnya terletak
pada amal perbuatan (Q.S. al-Mulk (67): 2) dan ketaqwaan seseorang (Q.S.
al-Hujurat (49): 13). Pendidikan Islam berwawasan kemanusiaan yang melampaui
batas-batas tempat, waktu, bahasa dan lain-lainnya yang sesuai dengan
universalitas ajaran Islam sendiri. Keterbukaan pendidikan Islam juga ditandai
dengan kelenturan dalam mengadopsi (menyerap) unsur-unsur positif dari luar
Islam yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakatnya dengan tetap
menjaga dasar-dasar orisinalitas (shalih) yang bersumber dari al-Qur’an dan al-Hadits. Karena itu, pendidikan Islam pada
dasarnya bersifat terbuka, demokratis dan universal.
Masih tentang prinsip-prinsip pendidikan Islam, M. Chabib Thoha
menyatakan bahwa ketika Allah memperkenalkan misi manusia untuk mendiami bumi
dengan menjadikannya sebagai khalifah di bumi (Q.S. al-Baqarah (2): 30-34), yaitu
misi khalifah bukan penguasaan manusia atas manusia, melainkan juga tugas
kependidikan sebagai konsekuensi tanggung jawab intelektual untuk menegakkan
kebenaran. Karena itu, hakikat pendidikan Islam bukan bertujuan untuk
meleburkan sifat dan potensi insani ke dalam sifat dan potensi malakian (sifat
malaikat), melainkan justru merupakan proses pemeliharaan dan penguatan sifat
dan potensi insani sehingga dapat menumbuhkan kesadaran dan kebenaran.
Berdasarkan hal itulah maka dikemukakan bahwa prinsip-prinsip pendidikan Islam
adalah (1) Pendidikan Islam sebagai proses kreatif (2) Prnsip percaya pada diri
sendiri (3) Pendidikan Islam memberi kebebasan untuk memilih dan (4) Pendidikan
berwawasan nilai.
Sementara itu, Azyumardi Azra yang menyebut prinsip-prinsip dengan
karakteristik pendidikan Islam, menyebutkan identitas pendidikan Islam sebagai
berikut; pertama, penguasaan ilmu pengetahuan, kedua, pengembangan ilmu
pengetahuan, ketiga, penekanan pada nilai-nilai akhlak dalam penguasaan dan
pengembangan pengetahuan, keempat, penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan
hanyalah untuk pengabdian kepada Allah dan kemaslahatan umum, kelima,
penyesuaian kepada perkembangan anak sesuai dengan umur, kemampuan,
perkembangan jiwa dan bakat anak keenam, pengembangan kepribadian sesuai dengan
bakat dan kemampuan terutama berkaitan dengan seluruh nilai dan sistem Islam,
dan ketujuh, penekanan pada amal saleh dan tanggung jawab yang mengantarkannya
kepada kebahagiaan kelak. Karakteristik inilah yang membedakan sekaligus mencerminkan
eksistensi pendidikan Islam di tengah-tengah pendidikan lainnya. Pendidikan
Islam mempunyai ikatan langsung dengan nilai-nilai dan ajaran Islam yang
mengatur seluruh aspek kehidupan manusia.
Abd. Rahman Abdullah, mengutip pendapat Munir Mursi, menyebutkan prinsip
dasar pendidikan Islam antara lain adalah;
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bersifat sempurna, yaitu mencakup
seluruh aspek kehidupan manusia baik jasmani maupun ruhani dan akal.
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang seimbang antara kehidupan dunia
dan akhirat.
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bersifat pengalaman, tidak cukup
sekedar perkataan saja tetapi menuntut pengalaman (rukun Islam, semua menuntut
pengalaman bukan saja perkataan lisan melainkan juga perbuatan).
Pendidikan Islam bersifat pribadi dan masyarakat. Dikatakan pribadi
karena berdasarkan keutamaan pribadi menjadi sumber kebaikan dalam masyarakat.
Islam mendidik pribadi agar bermasyarakat. Setiap muslim adalah pemimpin dan
bertanggungjawab atas kepemimpinannya.
Pendidikan Islam adalah pendidikan mengembangkan fitrah manusia.
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang mengarah kepada kebaikan individu
dan masyarakat.
Pendidikan Islam berlangsung terus menerus sepanjang kehidupan manusia.
Pendidikan Islam berlaku untuk seluruh umat manusia.
Prinsip-prinsip dasar pendidikan Islam sebagaimana dikemukakan beberapa
tokoh pendidikan tersebut, dan tentu masih banyak lagi yang lain, merupakan
karakter pendidikan Islam yang tentu saja berbeda dengan pendidikan umum yang
cenderung liberal dan sekuler. Oleh karen memiliki prinsip sendiri, tentu dalam
proses pendidikan yang meliputi metodologi, materi, teknik dan sebagainya harus
terdapat perbedaan, walaupun tentu tidak menampik adanya kesamaan dalam
beberapa aspek.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar