Label

Sabtu, 24 Maret 2012

KONSEP DASAR PENDIDIKAN ISLAM


Prinsip Dasar Pendidikan Islam
Pembahasan berikutnya tentang ontologi pendidikan Islam adalah apa saja prinsip dalam pendidikan Islam. Kajian tentang prinsip pendidikan Islam menjadi penting agar terlihat jelas bedanya dengan pendidikan umum dan juga pendidikan Barat yang sekuler.
Dalam buku Madrasah Sejarah dan Perkembangannya, Maksum menyebutkan sedikitnya ada empat prinsip dasar pendidikan Islam;
Pendidikan Islam adalah bagian dari Proses rububiyah Tuhan
Dengan mengurus, memelihara dan menumbuhkembangkan alam secara bertahap dan berangsur-angsur maka Tuhan adalah murabbi (pendidik) sebenarnya. Adapun peran manusia dalam pendidikan secara teologis dimungkinkan karena posisinya sebagai makhluk, ciptaan Allah, yang paling sempurna dan dijadikan sebagai khalifah fi al-ard (pengganti atau wakil Tuhan di muka bumi), Q.S. al-Anam (6): 165.
Status ini mengimplikasikan bahwa manusia secara potensial memiliki sejumlah kemampuan yang diperlukan untuk bertindak sesuai dengan ketentuan Tuhan. Sebagai khalifah, manusia yang juga mengemban fungsi rububiyyah Tuhan terhadap alam semesta termasuk juga diri manusia sendiri.
Dengan pertimbangan di atas dapat dikatakan bahwa karakter hakiki pendidikan Islam pada intinya terletak pada fungsi rububiyyah Tuhan yang secara praktis dikuasakan atau diwakilkan kepada manusia. Dengan kata lain, pendidikan Islam tidak lain adalah keseluruhan dari proses dan fungsi rububiyyah Tuhan terhadap manusia, sejak dari proses penciptaan serta pertumbuhan dan perkembangannya secara bertahap dan berangsur-angsur sampai dewasa dan sempurna, baik dalam aspek akal, kejiwaan maupun jasmaninya. Selanjutnya, atas dasar tugas kekhalifahan, manusia sendiri bertanggung jawab untuk merealisasikan proses pendidikan Islam (yang hakekatnya proses dan fungsi rububiyyah Allah) tersebut dalam dan sepenjang kehidupan nyata di muka bumi (dunia) ini.
Dalam proses pendidikan ini, menurut Nizar, manusia harus mendayagunakan potensi yang telah dianugerahkan Tuhan kepadanya secara bertanggung jawab dalam rangka merealisasikan tujuan dan fungsi penciptaannya di alam ini, baik sebagai abd maupun khalifah fi al-ard.
Pendidikan Islam berusaha membentuk manusia seutuhnya
Manusia dalam pandangan al-Quran dan al-Hadits adalah manusia yang lengkap, terdiri dari unsur jasmani dan ruhani, unsur jiwa dan akal, unsur nafs dan qalb. Pendidikan Islam tidak dikhotomis dalam menangani unsur-unsur tersebut dengan mengangap lemah atau mengunggulkan yang satu atas yang lainnya. Semua unsur merupakan satu kesatuan organis dan dinamis yang saling berinteraksi. Pendidikan Islam dalam hal ini merupakan usaha untuk mengubah kesempurnaan potensi itu menjadi kesempurnaan aktual, melalui setiap tahapan hidupnya. Pendidikan Islam harus mampu menjaga keutuhan unsur-unsur individual anak didiknya dan mengoptimalkan potensinya dalam garis keridhaan Tuhan.
Dalam bahasa Nizar, pendidikan Islam harus dibangun di atas konsep kesatuan (integrasi) antara pendidikan Qalbiyah dan Aqliyah sehingga mampu menghasilkan manusia muslim yang pintar secara intelektual dan terpuji secara moral. Jika kedua komponen itu terpisah atau dipisahkan dalam proses pendidikan Islam, maka manusia akan kehilangan keseimbangannya dan tidak akan pernah menjadi pribadi-pribadi yang sempurna (al-insan al-kamil).
Pendidikan Islam selalu berkaitan dengan agama
Pendidikan Islam sejak awal merupakan salah satu usaha untuk menumbuhkan dan memantapkan kecenderungan tauhid yang telah menjadi fitrah manusia. Agama (al-din) menjadi petunjuk dan penuntun ke arah itu. Karena itu, pendidikan Islam selalu menyelenggarakan pendidikan agama (diniyyah). Dalam konteks ini, pendidikan Islam bukan hanya mengajarkan ilmu-ilmu sebagai materi, atau ketrampilan sebagai kegiatan jasmani semata, melainkan selalu mengaitkan semuanya itu dengan kerangka pratek (amaliah) yang bermuatan nilai moral. Jadi, pengajaran agama dalam pendidikan Islam tidak selalu dalam pengertian (ilmu agama) formal, tetapi dalam pengertian essensinya yang dapat saja berada dalam ilmu-ilmu lain yang sering dikategorikan secara tidak proporsional sebagai ilmu sekuler.
Pendidikan Islam merupakan pendidikan terbuka
Dalam Islam diakui adanya perbedaan manusia. Akan tetapi perbedaan itu bukanlah perbedaan yang hakiki, karena perbedaan yang sesungguhnya terletak pada amal perbuatan (Q.S. al-Mulk (67): 2) dan ketaqwaan seseorang (Q.S. al-Hujurat (49): 13). Pendidikan Islam berwawasan kemanusiaan yang melampaui batas-batas tempat, waktu, bahasa dan lain-lainnya yang sesuai dengan universalitas ajaran Islam sendiri. Keterbukaan pendidikan Islam juga ditandai dengan kelenturan dalam mengadopsi (menyerap) unsur-unsur positif dari luar Islam yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakatnya dengan tetap menjaga dasar-dasar orisinalitas (shalih) yang bersumber dari al-Quran dan al-Hadits. Karena itu, pendidikan Islam pada dasarnya bersifat terbuka, demokratis dan universal.
Masih tentang prinsip-prinsip pendidikan Islam, M. Chabib Thoha menyatakan bahwa ketika Allah memperkenalkan misi manusia untuk mendiami bumi dengan menjadikannya sebagai khalifah di bumi (Q.S. al-Baqarah (2): 30-34), yaitu misi khalifah bukan penguasaan manusia atas manusia, melainkan juga tugas kependidikan sebagai konsekuensi tanggung jawab intelektual untuk menegakkan kebenaran. Karena itu, hakikat pendidikan Islam bukan bertujuan untuk meleburkan sifat dan potensi insani ke dalam sifat dan potensi malakian (sifat malaikat), melainkan justru merupakan proses pemeliharaan dan penguatan sifat dan potensi insani sehingga dapat menumbuhkan kesadaran dan kebenaran. Berdasarkan hal itulah maka dikemukakan bahwa prinsip-prinsip pendidikan Islam adalah (1) Pendidikan Islam sebagai proses kreatif (2) Prnsip percaya pada diri sendiri (3) Pendidikan Islam memberi kebebasan untuk memilih dan (4) Pendidikan berwawasan nilai.
Sementara itu, Azyumardi Azra yang menyebut prinsip-prinsip dengan karakteristik pendidikan Islam, menyebutkan identitas pendidikan Islam sebagai berikut; pertama, penguasaan ilmu pengetahuan, kedua, pengembangan ilmu pengetahuan, ketiga, penekanan pada nilai-nilai akhlak dalam penguasaan dan pengembangan pengetahuan, keempat, penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan hanyalah untuk pengabdian kepada Allah dan kemaslahatan umum, kelima, penyesuaian kepada perkembangan anak sesuai dengan umur, kemampuan, perkembangan jiwa dan bakat anak keenam, pengembangan kepribadian sesuai dengan bakat dan kemampuan terutama berkaitan dengan seluruh nilai dan sistem Islam, dan ketujuh, penekanan pada amal saleh dan tanggung jawab yang mengantarkannya kepada kebahagiaan kelak. Karakteristik inilah yang membedakan sekaligus mencerminkan eksistensi pendidikan Islam di tengah-tengah pendidikan lainnya. Pendidikan Islam mempunyai ikatan langsung dengan nilai-nilai dan ajaran Islam yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia.
Abd. Rahman Abdullah, mengutip pendapat Munir Mursi, menyebutkan prinsip dasar pendidikan Islam antara lain adalah;
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bersifat sempurna, yaitu mencakup seluruh aspek kehidupan manusia baik jasmani maupun ruhani dan akal.
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang seimbang antara kehidupan dunia dan akhirat.
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bersifat pengalaman, tidak cukup sekedar perkataan saja tetapi menuntut pengalaman (rukun Islam, semua menuntut pengalaman bukan saja perkataan lisan melainkan juga perbuatan).
Pendidikan Islam bersifat pribadi dan masyarakat. Dikatakan pribadi karena berdasarkan keutamaan pribadi menjadi sumber kebaikan dalam masyarakat. Islam mendidik pribadi agar bermasyarakat. Setiap muslim adalah pemimpin dan bertanggungjawab atas kepemimpinannya.
Pendidikan Islam adalah pendidikan mengembangkan fitrah manusia.
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang mengarah kepada kebaikan individu dan masyarakat.
Pendidikan Islam berlangsung terus menerus sepanjang kehidupan manusia.
Pendidikan Islam berlaku untuk seluruh umat manusia.
Prinsip-prinsip dasar pendidikan Islam sebagaimana dikemukakan beberapa tokoh pendidikan tersebut, dan tentu masih banyak lagi yang lain, merupakan karakter pendidikan Islam yang tentu saja berbeda dengan pendidikan umum yang cenderung liberal dan sekuler. Oleh karen memiliki prinsip sendiri, tentu dalam proses pendidikan yang meliputi metodologi, materi, teknik dan sebagainya harus terdapat perbedaan, walaupun tentu tidak menampik adanya kesamaan dalam beberapa aspek.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar