Sabtu, 24 Maret 2012
KONSEP DASAR PENDIDIKAN ISLAM
Pokok-Pokok Kandungan Pendidikan Islam
Selain berpegang pada prinsip dan dasar di atas, pendidikan Islam juga dicirikan oleh kandungannya yang merupakan representasi dari ajaran Islam. Dalam hal ini, kandungan pendidikan Islam pada intinya bersumber pada semua aspek yang mengarah pada pemahaman dan pengamalan doktrin Islam secara menyeluruh.
Maksum menjelaskan pokok-pokok pendidikan Islam sebagai berikut;
Aqidah tauhid
Pengajaran tauhid pada dasarnya adalah memenuhi fitrah manusia (Q.S. al-A’raf (7): 172). Sehingga prinsip ketauhidan dalam pendidikan Islam harus menjadi dasar bagi perumusan tujuan, perancangan metode dan penyusunan bahan-bahan pendidikan. Dengan kata lain, tujuan, metode maupun bahan-bahan pendidikan tidak boleh bertentangan dengan jiwa tauhid, melainkan justru harus dalam rangka mengekalkan dan memantapkan jiwa tersebut, baik yang uluhiyahnya maupun rububiyahnya.
Manusia
Dalam pandangan Islam, manusia memiliki dua peran utama. Yaitu peran sebagai khalifah Allah dan sebagai ‘Abd. Kedua peran tersebut agaknya sejalan dengan dua tahapan kehidupan manusia, yaitu kehidupan di dunia dan kehidupan di akhirat. Sebagai pencipta dan pemilik alam semesta, termasuk manusia, Tuhan telah menentukan perjalanan manusia yang tidak hanya berakhir di dunia saja, melainkan berlanjut pada kehidupan akhirat. Agar peran manusia sebagai khalifatullah fi al-ardh (Q.S. al-Baqarah (2): 30) sebagai peran yang terbatas di dunia memiliki keterkaitan dengan kelangsungan hidupnya di akhirat, manusia dituntut untuk bersikap pasrah secara mutlak kepada Allah, yang disebut ibadah. Mengutip pendapat Hasan Abd al-‘Al, maksum menuliskan “Manusia tidak akan dapat menanggung beban tugasnya sebagai khalifah jika dalam dirinya tidak terbentuk perasaan tunduk (‘ibadah) yang total kepada Tuhan”. Ibadah total inilah ibadah yang terhindar dari menyekutukan Allah dengan yang lainnya (syirik).
Pendidikan Islam memiliki muara akhir untuk membentuk manusia seutuhnya (al-insaan al-kamil). Konsep manusia seutuhnya dalam pandangan Islam dapat diformulasikan secara garis besar sebagai manusia beriman dan taqwa serta memiliki berbagai kemampuan yang teraktualisasi dalam hubungannya dengan Tuhan, dengan sesama manusia, dan dengan alam sekitarnya secara baik, positif, dan konstruktif. Demikianlah manusia produk pendidikan Islam yang diharapkan pantas menjadi khalifatullah fil- ard.
Masyarakat
Masyarakat dalam Islam dilihat dalam prinsip persamaan (al-musawah). Prinsip ini dilahirkan dari ajaran keesaan Tuhan (tauhid), sehingga seseorang akan selalu merasa merdeka dari penghambaan antara yang satu dengan yang lainnya. Dengan prinsip tersebut, maka lahirlah konsep “kesetiakawanan sosial” (al-takaful ijtima’i), mulai dari lingkungan terkecil, yaitu keluarga sampai yang paling besar, yaitu umat manusia umumnya. Dalam masyarakat, hendaknya diperhatikan keseimbangan yang dinamis antara hak dan kewajiban masing-masing individunya dan keseimbangan dalam penanganan seluruh aspek kehidupannya.
Alam semesta
Al-Qur’an memandang alam semesta memiliki kesatuan kosmis yang bersumber dari keesaan Tuhan. Bersumber dari keesaan Tuhan, maka setiap realitas atau bagian dari alam semesta merupakan satu kesatuan yang saling melengkapi. Alam yang menurut surat al-Nahl (16): 12-16 adalah diciptakan untuk manusia, maka manusia sebagai khalifah Allah fi al-ardh harus menjaga keserasian ekosistemnya. Dalam melestarikan dan memanfaatkan alam untuk kepentingan manusia sendiri, di mana alam senantiasa berubah maka manusia harus berusaha menguasai ilmu pengetahuan tentang alam semesta ini.
Ilmu pengetahuan
Islam memandang tidak ada pemisahan antara al-din (agama) dan al’ilm (ilmu). Mengutip pendapat Hasan Abd al-‘Al, Maksum berpendapat bahwa pandangan yang memisahkan antara ilmu dan agama adalah keliru. Sehingga tidak bisa dipisahkan antara ilmu aga dengan ilmu umum. Semua ilmu adalah islami sepanjang berada dalam batas-batas yang digariskan Allah kepada kita. Dan ilmu yang mutlak (kebenarannya) adalah milik Allah semata (Q.S. Ali Imron (3): 60).
Dalam perspektif pendidikan Islam, yang menyiapkan manusia agar dapat melakukan perannya, baik sebagai khalifah maupun sebagai ‘abd, maka yang wajib dituntut oleh manusia adalah ilmu yang sifatnya terpadu. Dan mencari ilmu, dalam Islam dimasukkan ke dalam amalan terhormat –sebagai bagian dari ibadah kepada Allah. Islam juga menjunjung tinggi dengan memuliakan orang yang beriman dan memiliki ilmu pengetahuan (Q.S. al-Mujadalah (58): 11).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar